RADANG USUS BUNTU KRONIS

1.Apa perbedaan antara appendisitis akut dan kronis? Dan keadaan mana yang lebih berbahaya?
2.Pemeriksaan apa saja yang diperlukan untuk menentukan bahwa saya menderita apendisitis akut atau kronis?
3.Apa saya harus segera dioperasi atau bisa ditunda?
4.Bagaimana operasi tersebut dilakukan?

MS, 25 tahun, Jakarta

Jawaban

Saudara MS yang saya hormati,

1. Yang dimaksud dengan apendisitis adalah radang apendiks (usus buntu) sehingga terjadi pembesaran dan dapat pecah (perforasi). Hal ini dipicu karena kita sering terinfeksi saluran nafas atas atau sering diare. Gejala pertama yang dirasakan adalah perasaan sakit pada ulu hati disertai mual dan muntah (seperti sakit maag). 24 jam kemudian biasanya terasa demam, setelah itu baru merasakan sakit pada perut kanan bawah yang menetap, dan akhirnya bila menginjakkan kaki kanan ke tanah atau tungkainya dilipat, akan terasa sakit pada daerah perut kanan bawah. Seseorang dikatakan menderita appendisitis akut apabila menderita gejala-gejala seperti yang disebutkan tadi di atas. Pada apendisitis kronis, pasien pada umumnya hanya merasakan gejala nyeri perut kanan bawah yang ringan saja. Bahkan pada beberapa kasus pasien hanya merasakan mual saja. Appendisitis akut awal yang berhasil membaik dengan terapi obat-obatan, dapat menjadi appendisitis kronis. Appendisitis akut merupakan keadaan yang berbahaya karena appendiksnya dapat pecah (perforasi) sehingga perlu segera operasi.

2. Tentunya pemeriksaan seorang dokter harus komplit.
a.Harus dilakukan anamnesa (tanya jawab) oleh dokter tentang lama sakitnya, ada tidaknya keluhan seperti gejala gejala pada jawaban nomor 1.
b.Setelah itu dilanjutkan pemeriksaan fisik, apakah ada nyeri tekan pada perut kanan bawah atau ada nyeri ketuk pada dinding perut anda

Apabila dari anamnesis dan pemeriksaan fisik banyak yang menunjukan hal yang sesuai, maka hal tersebut belum menunjukan bahwa Anda adalah penderita apendisitis. Masih ada beberapa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan seperti pemeriksaan darah dan pemeriksaan urin (urinalisa) untuk membedakan apendisitis dengan penyakit lain, misalnya batu-saluran kemih. Pemeriksaan lain yang penting adalah Ultrasonografi (USG), dimana pemeriksaan tersebut dapat melihat apendiks yang terinfeksi dengan gambaran apendiks yang menjadi besar atau terdapat cairan nanah pada rongga perut. Apabila pasien yang diperiksa berjenis kelamin wanita, maka Dokter dengan pemeriksaan USG dapat melihat organ kewanitaan seperti hamil, adanya kista, hamil di luar kandungan dan pecahnya kista endometrium, dll.

Apabila apendiksnya sudah terjadi lama, perlu dilakukan pemeriksaan Apendikogram. Pasien akan disuruh minum cairan seperti susu yang merupakan zat kontras. 24 jam kemudian dilakukan pemotretan dengan alat rontgen. Dengan pemeriksaan yang lengkap dan anamnesis yang lengkap kita dapat menghilangkan penyakit yang juga mungkin terjadi pada perut sebelah kanan bawah .

3. Pada keadaan appendisitis akut, operasi perlu segera dilakukan mengingat adanya kemungkinan pecahnya appendiks. Sedangkan pada keadaan appendiks kronik, waktu operasi masih dapat ditunda tergantung pada keadaan pasien. Namun disarankan untuk tidak menunda bila tidak ada halangan yang berarti.

4. Sebelum tahun 1992, semua operasi apendiks dilakukan melalui pembedahan dengan melakukan sayatan di perut kanan bawah, minimal sepanjang 3,5 cm dengan lama perawatan sekitar 6 hari. Kini di Indonesia telah berkembang operasi LAPAROSKOPI (termasuk jenis operasi Minimal Invasif) yang mengakses rongga perut hanya dengan 2 sayatan kecil, masing-masing 0,5 cm dan satu sayatan sebesar 1,2 cm pada pusar. Dengan LAPAROSKOPI lama perawatan menjadi lebih pendek, biasanya cukup 2-3 hari saja. Kebutuhan antibiotika dan obat pengurang rasa sakit pun berkurang. Bahkan, dalam waktu yang singkat pasien biasanya sudah bisa beraktifitas kembali.